Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Saudara-saudariku yang dirahmati Allah,

Pernah nggak sih kita dengar pepatah, "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari"? Nah, ini bukan cuma soal kebiasaan fisik, tapi lebih dalam lagi, soal adab dan ketaatan kita pada guru. Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf, dalam ceramahnya yang menyejukkan, mengingatkan kita tentang pentingnya sosok guru ini di tengah derasnya arus informasi zaman sekarang.

Kenapa Harus Punya Guru?

Habib Ahmad mengutip perkataan ulama besar, Al Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad, yang berpesan: kalau belajar agama itu wajib punya guru. Kenapa? Karena kalau kita nekat belajar sendirian, tanpa bimbingan yang benar, bisa-bisa yang jadi pembimbing kita malah setan yang terkutuk! Duh, serem kan?

Ibaratnya, kita mau belajar nyetir mobil. Bisa aja sih, kita belajar otodidak dari YouTube atau buku manual. Tapi, yakin aman di jalan? Beda banget kan rasanya kalau kita diajari sama instruktur yang ahli, yang tahu seluk-beluk jalan dan aturan. Begitu juga ilmu agama. Guru itu yang akan membimbing kita, meluruskan pemahaman kita, dan memastikan kita berjalan di rel yang benar menuju Allah SWT. Tanpa guru, kita rawan tersesat, dibelokkan oleh bisikan-bisikan yang menyesatkan.

Adab Murid itu Harga Mati!

Setelah punya guru, ada lagi nih yang nggak kalah penting: ketaatan dan adab kita sebagai murid. Habib Ahmad tegas banget soal ini. Katanya, kita ini wajib mendengar dan mematuhi nasihat guru. Jangan sampai kita durhaka, apalagi sampai menyakiti perasaan beliau.

Bayangkan, guru itu ibarat orang tua spiritual kita. Beliau membimbing kita, memberikan ilmunya dengan ikhlas, berharap kita jadi orang yang baik dan bermanfaat. Lalu, kalau kita ada salah, bagaimana sikap kita? Habib Ahmad mengingatkan, jangan malah kabur cari guru lain! Itu namanya lari dari tanggung jawab. Kalau salah ya minta maaf, hadapi, dan perbaiki.

Hati-hati "Kualat"!

Nah, ini bagian yang mungkin bikin kita merinding. Habib Ahmad menyampaikan, murid yang durhaka dan nggak mau minta maaf sama gurunya itu bisa kena bahaya besar atau istilahnya, "kualat". Hidupnya bisa hancur, meskipun dia punya banyak teman atau dukungan dari ulama lain. Ini bukan sekadar mitos, tapi sebuah peringatan spiritual tentang keberkahan.

Ilmu itu cahaya, dan cahaya itu akan terang kalau kita menghormati sumbernya. Kalau kita menyakiti hati guru, cahaya ilmu itu bisa meredup, bahkan padam dari diri kita. Jadi, yuk, kita jaga baik-baik hubungan dengan guru-guru kita. Doakan mereka, hormati mereka, dan jadikan mereka jalan keberkahan bagi hidup kita.

Harapan di Tahun Baru Hijriah

Melalui Majelis Nurul Mustofa dan semangat Tahun Baru Hijriah ini, Habib Ahmad berharap kita semua bisa menjadi murid yang patuh, setia, dan beradab. Semoga dengan begitu, ilmu yang kita dapatkan benar-benar bermanfaat dan membawa kita pada jalan yang diridhoi Allah SWT.

Yuk, jadikan tahun ini momentum untuk lebih mendekatkan diri pada ilmu dan guru-guru kita!