Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang dengan rahmat dan hidayah-Nya kita masih diberikan nikmat iman, nikmat Islam, dan nikmat kesempatan untuk memperbaiki diri. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Wahai saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Dalam kesibukan kita mengejar urusan dunia, seringkali hati kita menjadi keras dan lalai. Kita terlena dengan gemerlap dunia yang fana ini, seolah-olah kita akan hidup di dalamnya selamanya. Kita lupa bahwa dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara, sebuah ladang untuk kita menanam bekal yang akan kita tuai di akhirat kelak.

Ketika hati mulai terasa hampa, ketika semangat untuk beribadah mulai menurun, dan ketika perbuatan maksiat terasa ringan untuk dilakukan, ketahuilah itu adalah pertanda bahwa hati kita sedang sakit. Dan setiap penyakit, tentu ada obatnya.

Guru kami yang mulia, Al-Habib Hasan bin Ja'far Assegaf, pernah memberikan sebuah nasihat yang begitu mendalam, sebuah obat yang paling mujarab untuk melembutkan hati yang keras. Obat itu adalah dzikrul maut, mengingat kematian.

Beliau berpesan, "Perbanyaklah mengingat kematian, karena dengan mengingatnya, engkau akan terdorong untuk berbuat kebaikan dan akan merasa takut untuk berbuat dosa."

Subhanallah. Sebuah nasihat yang singkat namun sarat akan makna.

Mengapa mengingat kematian begitu dahsyat dampaknya?

Karena kematian adalah kepastian yang akan menghampiri setiap jiwa. Ia adalah pemutus segala kenikmatan duniawi. Ketika kita merenungkan bahwa suatu saat nanti tubuh kita akan terbujur kaku, ditinggalkan oleh keluarga dan harta, dan hanya berbekal amal, maka segala keangkuhan dan kesombongan akan sirna. Jabatan, kekayaan, dan pujian manusia tidak akan ada artinya lagi.

Maka dari itu, saya mengajak diri saya pribadi dan saudara-saudaraku sekalian, mari kita jadikan mengingat kematian sebagai wirid harian kita.

Tanyakan pada diri kita setiap malam sebelum terlelap:

  • "Sudah cukupkah bekal yang aku siapkan jika malaikat maut menjemputku malam ini?"
  • "Amal kebaikan apa yang sudah aku lakukan hari ini?"
  • "Dosa apa yang telah membuat Allah murka padaku hari ini?"

Ini bukanlah untuk membuat kita putus asa, wahai saudaraku. Justru sebaliknya. Muhasabah atau introspeksi diri ini adalah bahan bakar yang akan menyalakan kembali semangat kita untuk bertaubat, untuk mengejar ridho Allah, dan untuk memanfaatkan sisa umur kita dengan sebaik-baiknya.

Terutama untuk anak-anakku para pemuda dan pemudi, jangan biarkan usia mudamu berlalu dalam kelalaian. Gunakanlah waktumu untuk menuntut ilmu, berkumpul di majelis-majelis yang baik, dan bergaul dengan orang-orang saleh yang selalu mengingatkanmu kepada Allah dan Rasul-Nya.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa melembutkan hati kita, memberikan kita taufiq dan hidayah untuk selalu berada di jalan-Nya, dan mewafatkan kita semua dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.